About Administrator

Sahabatku Yang Imut dan Hot

Cerita Panas yang akan aku ceritakan di situs cerita sex terbaru ini adalah tentang cerita panas sex bersama seorang sahabatku. Kata orang, sahabatan antara cewek dan cowok adalah sesuatu yang enggak mungkin. Hmm… mungkin ada benarnya kalo melihat persahabatan aku dengan Lia, seorang gadis imut teman sekelasku sewaktu kuliah.Aku mulai bersahabat dengan Lia sejak aku masuk kuliah.
Sampai lulus kuliahpun kami tetap bersahabat. Hmm… dalam hati kecilku sebenarnya aku ingin lebih dari sahabat. Aku sangat menyukai Lia, gadis imut yang selalu ceria. Gadis yang tidak pernah melepaskan seyum dan tawa dari bibirnya, gadis yang selalu mewarnai mimpi indahku. Tapi sial, Lia selalu mengenalkan aku ketemannya sebagai sahabat. Dan lebih parahnya lagi, begitu semangatnya dia bercerita pada orang-orang kalo kami berdua tuh seperti kakak adik. Hal itu yang selalu menghalangi aku untuk menyatakan kalau aku suka padanya, bahkan lebih, aku jatuh cinta padanya.
Kejadian ini terjadi saat kami baru selesai wisuda dan sama-sama berusaha untuk mencari pekerjaan. Suatu saat ada panggilan kerja di jakarta yang aku dan Lia ikut dalam panggilan itu. Oh iya, aku belum bilang kalau aku tetap tinggal dibandung setelah wisuda.
Setelah menjalani test kerja, aku mengajak Lia ke rumahku sebentar sebelum kembali ke bandung. Orangtuaku tinggal dijakarta, tapi aku lebih memilih tinggal dibandung setelah wisuda karena aku lebih suka tinggal dibandung, relatif gak ada macet,
dan tentu saja ada Lia yang sangat aku sayangi di bandung. Aku mengajaknya kerumahku untuk sekedar berganti baju dan beristirahat sebelum kembali ke bandung. Sesampainya dirumahku, aku menemui rumahku kosong.
“Wah, pada kemana nih ??” kataku ke Lia
“Telepon aja yan !” kata Lia padaku
Aku mendial no hp ibuku dari ponselku.
“Ma.. Ada dimana ?” tanyaku lewat telpon saat sambungannya terhubung.
“Loh kamu pulang ? Mama sama papa jenguk adikmu” jawab mamaku lewat telpon.
Ternyata orangtuaku menjenguk adikku yang kuliah di kota lain.
“Kalo kamu mau masuk minta kunci aja sama tante erni, mama titipin kedia” suruh ibuku untuk meminta kunci ke tante erni tetangga sebelah rumahku.
“Ya udah deh, aku ambil ke tante erni”.jawabku.
Aku menutup telepon kemudian beranjak kerumah tante erni. Setelah membuka rumah, aku mengajak Lia masuk.
“Lia, kamu ganti baju aja dulu, aku mau ke kamarku sebentar” kataku ke Lia sambil menunjukkan kamar kecil kedia.
“Oke deh” jawabnya sambil membawa tas plastik berisi kaos ganti.
Aku masuk kekamarku dan mengganti baju disana. Saat aku keluar, ternyata Lia sudah selesai mengganti baju. Dia menonton tv di ruang keluarga. Lia mengganti bajunya dengan kaus putih favoritnya. Sebenernya aku udah pernah ngomentari dia supaya jangan pake kaus itu lagi. Soalnya kaus itu agak-agak semi transparan. Untuk deskripsinya,
kaus putih itu ada bagian yang bahannya jarang, seperti benangnya diambil. Bagian yang transparan itu membentuk garis-garis miring. Buat yang melihat kalo agak jeli dikit bisa melihat bra dan kulit mulusnya. Dan yang membuat aku gak suka, kaus kecil itu ngebentuk banget bodynya. Tubuh Lia memang kecil imut, tapi proporsional. Dadanya yang bulat terlihat besar dibandingkan badannya yang kecil.Untuk roknya, dia masih memakai rok tadi. Aku selalu komentarin dia kalo pake rok, soalnya dengan memakai rok pantatnya yang bulat itu terlihat semakin besar. Aku selalu berfikir dengan pinggul dan pantat begitu, pasti dia gak akan mengalami kesulitan kalo punya anak nanti.
“Lagi nonton apa ?” tanyaku ke Lia yang duduk disofa ruang keluarga.
“He..he..he.. gosip !” tawa renyahnya keluar saat menjawabku.
Aku duduk disebelahnya ikut menonton. Lia mengomentari gosip-gosip yang diberitain, aku cuma ketawa-ketawa aja ngeliat dia yang semangat banget mengomentari. Aku gak tau bagaimana mulanya, tangan kiriku menggengam tangan kanannya sewaktu menonton,
seiring itu kami jadi jarang berbicara, entah apa yang ada didalam pikirannya.
“Yan, aku kekamar kecil dulu ya” katanya dan segera bangkit.
Aku mengangguk dan pegangan tangan kami terlepas. Saat dia ke belakang aku menarik nafas panjang menahan gejolak hatiku. Sekembalinya dari kamar kecil, Lia kembali duduk disebelahku. Entah kenapa dia kembali menggenggam tanganku. Aku cuma tersenyum kepadanya. Suasana kembali hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku mengelus tangannya, dia cuma tersenyum. Cukup lama aku mengelus tangan dan lengannya, akhirnya dia merebahkan kepalanya ke pundakku. Aku melingkarkan tanganku ketubuhnya, badannya jadi bersandar didadaku.
“Rambut kamu bagus” kataku memecah keheningan.
Dia cuma terseyum. Aku mengelus-elus rambut panjangnya yang harum itu. Entah apa yang ada dipikiranku, aku mencium kepalanya. Dia menoleh kepadaku tersenyum, kemudian kembali menonton tv. Keberanianku makin banyak, aku mencium kepalanya sekali lagi. Dia menoleh kearahku, kali ini aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, aku mencium keningnya. Lia menggeser badannya, mendekatkan mukanya ke mukaku. Melihat itu, tanpa ragu-ragu aku mengecup bibirnya. Hmm.. ternyata satu kecupan tidak cukup, aku memagut bibirnya, Lia membalas ciumanku. Aku tambah semangat, apalagi Lia membuka mulutnya, sehingga aku bisa menyedot bibir bawahnya. Sedotanku dibalas dengan sedotannya kebibir atasku. Ciuman kami makin panas saat lidahku bermain didalam mulutnya. Ternyata dia juga membalas dengan memainkan lidahnya.
“Clop..clop..clop…” suara sedotan-sedotan ciuman kami.
Aku mendorong tubuh Lia untuk rebahan di sofa besar ini.Posisi kami sekarang lebih enak, Lia terlentang dan aku diatasnya. Dengan posisi ini, tanganku lebih bebas. Perlahan tangan kananku keletakkan di payudaranya. Aku remas perlahan.
“Hmmm…” lenguhnya agak marah.
Aku tarik tanganku, takut Lia marah atas kelakuanku. Setelah beberapa lama, aku beranikan lagi untuk menaruh tanganku kepayudaranya. Tiba-tiba tangan Lia mencengkaram tanganku yang ada di payudaranya. Aku takut sekali Lia marah, tapi ternyata……. Lia malah menekan tanganku supaya meremas payudaranya. Atas “izinnya” itu aku mulai meremas-remas payudaranya dari luar kaosnya. Ciumanku tidak lepas selama aku meremas-remas payudara kiri dan kanan bergantian. Aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku dari bawah kausnya. Sekarang tanganku meremas-remas payudaranya dari luar branya. Hmm… kenyal dan bulat sekali payudara yang tak pernah dijamah orang lain ini.Tak puas meremas dari luar bra, aku selipkan tanganku kedalam branya dan meremas langsung ke payudaranya.
“Akh…Akh..Akh…” lenguh Lia saat aku mulai meremas-remas payudaranya.
“Sebentar yan…” lia bangkit.
Kemudian berusaha melepas kait branya yang berada dibelakang. Aku membantunya. Setelah terlepas, Lia kembali rebahan. Akumengangkat kaus Lia sehingga terlihat bra longgar karena sudah terlepas kaitnya. Aku angkat juga bra itu maka terlihatnya payudara Lia yang bulat itu. Pentilnya coklat bersih terlihat membesar.Aku memberanikan diri untuk mengecup payudaranya. Lia cuma terseyum. Kemudian aku mulai menyedot pentil itu sambil meremas-remasnya.
“Akhhh… Akh…Akh…” lenguhan Lia makin keras.
Ditambah tubuhnya makin tegang. Setiap aku menyedot payudaranya, Lia membusungkan dadanya supaya bisa aku sedot. Cukup lama juga aku menyedot payudaranya, tubuh Lia mengejang-ngejang keenakan. Nafsuku sudah naik diubu-nubun, aku sudah tidak tahan untuk menyetubuhinya, tapi aku berusaha menahan, Lia masih perawan. Bosan dengan menyedot-nyedot payudaranya, aku naik keatas untuk mencium bibirnya. Tangan Lia menuntun tanganku untuk meremas kembali payudaranya. Kali ini aku menggesek-gesekkan penisku yang masih ada didalam celana ke selangkangannya. Roknya tersingkap karena dia membuka pahanya lebar, gesekan penisku langsung ke celana dalamnya yang sudah mulai basah itu. Gesekan penisku mendapat respon, Lia ikut menggoyang pinggulnya sehingga gesekan kami makin hebat. Sebenarnya kalau dilihat gerakan kami sudah seperti orang yang bersetubuh, cuma bedanya kami masih memakai pakaian lengkap, cuma kaos Lia yang terangkat karena aku meremas payudaranya langsung. Aku membuka kancing celanaku, membuka reslting dan mengeluarkan penisku. Setelah penisku keluar, aku menusuk-nusukkan penisku ke celana dalamnya yang basah itu. Kalau celana dalam itu tidak ada, pasti penisku sudah menerobos lobang vagina perawan Lia. Dengan gerakan tusuk-tusuk itu, Lia makin mengelinjang. Aku sudah tidak mencium bibirnya, dia lebih memilih menggerak-gerakkan kepalanya sesuai goyangan selangkangannya sambil mengeluarkan suara-suara lenguhan.
“Ahh.. Ahh.. Ah…”.
Aku makin tidak tahan, aku meraba selangkangannya dari luar celana dalamnya. Hmmm.. basah sekali disitu. Aku nekat, aku menarik pinggir celana dalamnya sehingga vaginanya terbuka lebar, Aku gesekkan penisku ke belahan vagina Lia.
“Akhhhhh.. Akh… Akhh..” Lia makin mengelinjang.
Aku coba menusuk penis kevaginanya sedikit keras.
“Aduh !!!” teriak Lia dan tangannya mendarat dipipiku “Plak !!”.
Lia mendorong tubuhku kuat-kuat.
“Rian kamu jahat !!!” pekiknya kemudian mulai menangis.
“Maafin aku Lia, aku kira kamu juga mau” kilahku.
“Rian jahat, kita harusnya gak boleh melakukan ini” katanya sambil menangis.
“Maafin aku Lia, aku khilaf. Aku terbawa nafsu” jawabku.Lia menutup mukanya sambil menangis.
Hmmn…. aku menarik nafas menyesal. Aku duduk disebelahnya mencoba untuk mengelus kepalanya, tapi tanganku ditepis. Akhirnya aku hanya duduk terdiam.Setelah beberapa lama, tangis Lia mereda, dia mulai membenahi bra dan pakaiannya, kemudian berkata
“Ayo kita pulang..” Dia mengatakan itu dengan muka marah.
Aku yang dibebani rasa bersalah mulai berkemas. Sepanjang perjalanan Lia hanya
terdiam dengan wajah muram sedikit marah. Akupun terdiam takut memancing kemarahan Lia lebih besar. Di puncak pass, aku berhenti.
“Lia, kita makan dulu ya, dari tadi kita belum makan” ajakku ke Lia.
Tapi Lia hanya membuang muka kepadaku. Akhirnya aku keluar mobil untuk membeli makanan kecil dan minuman.
“Lia, aku minta maaf soal tadi siang. maaf ya…. Sekarang please makan dulu ya, kita belum makan dari tadi siang” kataku ke Lia.
Lia hanya terdiam.Aku bukakan makanan dan aku taruh di depannya. Aku tidak mau memaksa, takut Lia tambah marah. Aku memakan makananku sampai habis, aku lapar sekali.
“Lia… aku bener-bener minta maaf, please maafin aku ya” kataku.
Lia memandangku tajam.
“Maaf ya…” ulangku.
Lia menghela nafas, kemudian berkata kecil
“Iya aku maafin……”.
Aku terseyum kecil agak dipaksakan, kemudian aku pegang tangannya dan berkata lagi. “Aku nyesel banget, maafin aku ya udah kurang ajar sama kamu. Sekarang aku mohon kamu makan dulu ya” kataku.
Lia cuma tersenyum kecil sambil menggenggam tanganku. Kemudian dia mulai memakan makanannya. Selesai makan dan minum, Lia terdiam lagi merenung. Aku sungguh merasa tidak enak.
“Lia, ada masalah lagi ?” tanyaku.
Lia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku. Tangannya ditekuk menutupi dadanya. Kemudian dia mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berkata pelan.
“Rian, aku mau yang kayak tadi siang lagi….”Aku sungguh terkejut.
“Apa ???” tanyaku tercengang.
“Ya udah kalo gak mau” katanya ketus kemudian membalik badan membelakangiku.
Aku shock, terdiam, kemudian menstater mobilku. Aku mengarahkan mobilku ke hotel yang ada didekat situ. Selama mendaftar untuk check in sampai kamar tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami berdua. Setelah pintu kututup, kami langsung berpelukan dengan erat.
“Lia, sebenarnya aku sayang banget sama kamu” kataku di telinganya.
“Aku juga sayang kamu Rian” jawabnya lemah.
Aku mengecup bibirnya, Lia membalas ciumanku. Tanpa canggung kali ini. Ciuman kami makin panas, ditambah aku juga meremas-remas payudaranya.
“Hmnmm.. Hmmm..” lenguh Lia tertahan.
Aku mengangkat tubuh lia dan aku rebahkan ditempat tidur. Posisi kami sama seperti waktu di sofa, Lia terlentang dengan paha terbuka dan aku menindih diatasnya. Ciuman kami teruskan. Aku mencoba melepas kait bra, tapi Lia bertindak lebih. Lia membuka kausnya. Aku melepaskan kait branya saat lia melengkungkan tubuhnya keatas, kemudia bra itu aku buang ke lantai. Aku murai meremas-remas payudara Lia sambil menciuminya hebat. Kadang-kadang aku menjilati lehernya. Lia cuma melenguh saat aku memainkan pentil payudaranya. Lia berusaha membuka kausku, aku bantu dia dan membuang kaus itu ke lantai. Sekarang kami sudah setengan telanjang. Aku menciumi Lia lagi, sekarang kami sudah kontak kulit langsung dibagian atas tubuh. Aku mulai menyedot-nyedot payudaranya.
“Agh,.. agh…. aghk…” lenguhnya merespon sedotanku.
Nafsuku sudah pol keubun-ubun, aku mencoba membuka rok yang menggangu itu. Lia membantu dengan mengangkat pinggulnya. Saat menurunkan rok itu, aku sekalian menurunkan celana dalamnya. Aku berdebar, takut Lia marah lagi. Tapi dia tersenyum, Hmm… dia tersenyum dengan keadaan bugil !Aku naik keatas untuk menciumnya lagi,
tapi ternyata Lia lebih tertarik untuk membuka kancing celanaku.
“Yan buka dong, masa aku aja” katanya.
Aku berdiri dan melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Saat aku kembali Lia terlentang dengan mengatupkan pahanya. Aku berusaha membuka pahanya, dia malah tertawa.
“Mau apa ?” katanya menggoda.
“he..he..he..” tawaku.
tapi akhirnya dia membuka pahanya juga. Kemudian aku menempatkan diri diantara kedua paha itu. Kemudian aku menggesek-gesekkan penisku dipermukaan vaginanya.
“ehhh…ehh…” lenguh tertahan Lia pelan.
“Lia… aku masukin ya..” pintaku lembut.
Lia cuma mengangguk kecil sambil menggigit bibir bawahnya.
“Nanti agak sakit kayak tadi, tapi cuma sebentar kok” kataku menenangkan dia yang terlihat gugup.
“Pelan-pelan ya Yan..” katanya.
Aku mengarahkan penisku ke vaginanya. Kemudian perlahan aku mulai mendorong penisku.
“aaaakh…” rintih Lia
“sakit yan”
Aku menarik kembali kemudian perlahan mendorongnya lagi, kali ini lebih dalam.
“sakiiiiitt…..” rintih Lia pelan.
Sebenarnya aku kasihan, tapi bagaimana lagi, vagina Lia sempit sekali dan agak kering karena dia gugup. Akhirnya aku dorong kuat.
“AKHHHH…” teriak Lia.
“Sakit Yan….”.
Tapi penisku sudah masuk semua. Aku diamkan penisku supaya Lia tenang dulu. Aku mulai menciuminya dan meremas-remas payudaranya. Setelah beberapa lama sepertinya sakitnya sudah hilang, badannya bergetar lagi dan lenguhannya mulai keluar “Ah…ah…ahhh…”.
Aku coba menggoyang penisku perlahan, vaginanya terasa mulai basah.
“Akh…akh..” lenguh Lia.
Yang sekarang menutup matanya. Merasa vaginanya sudah cukup basah, aku mulai menggoyang penisku lebih cepat. Lia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menggerak-gerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Bahkan sekali-sekali tangannya memegang pantatku membantu menekan penisku kedalam vaginanya. Setelah beberapa lama dalam posisi itu, aku coba bangkit.
“aaa… Rian mo kemana ?” kata Lia sambil memelukku erat.
Matanya memandangku dengan tatapan tidak rela.
“Ganti posisi ya biar enak” kataku.
“Gini aja yan, aku pengen dipeluk…please…” katanya memohon.
Aku mengurungkan niatku dan memeluknya kembali dan memulai mengeluar masukkan penisku divaginanya, mungkin Lia memang perlu dipeluk supaya tenang. Maklum ini pertama kalinya buat dia.
Setelah sekian lama, aku mau mencoba gaya lain. Aku mengangkat badanku kembali
“Rian mo kemana ?” katanya lagi dengan nada lebih tinggi.
Aku tetap mengangkat tubuhku, tubuh Lia ikut terangkat karena dia memelukku kuat. Akhirnya aku memilih untuk posisi duduk saja, dengan Lia diatas panggkuanku. Aku mulai menggoyang pinggulku.
“Lia… ikut goyang ya, biar enak” kataku ke Lia.
Lia mulai menggoyang pinggulnya.
“Enak yan….” katanya dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang.
He..he..he.. kayaknya karena pinggulnya bebas dia menggoyang sesuai arah yang dia mau. Akhirnya aku rebahkan tubuhku menjadi terlentang. Lia tetap menegakkan badannya dengan tanggannya menahan didadaku. Sekarang Lia menaik turunkan tubuhnya, menghujamkan penisku ke vaginanya. Kadang-kadang dia memutar pinggulnya, sepertinya dia sudah mulai menemukan titik-titik nikmat vaginanya sendiri Tak lama Lia ambruk ke dadaku.
“Aduh yan enak banget, tapi aku capek banget” katanya ngos-ngosan.
Kemudian aku membalikkan tubuhnya supaya terlentang. Kini kembali aku diatasnya. Aku mulai menggenjot Lia lagi. Kali ini pinggulnya liar sekali.
“Hgh..Hgh..Hgh….” lenguhnya dan tiba-tiba dia memelukku erat
“AKHHHHH…..”pekiknya.
Lia mencapai orgasme pertamanya.Aku menghentikkan goyanganku, memberikan Lia kesempatan menikmati orgasmenya. Perlahan pelukkannya di lepas dan tangannya direntangkan.
“Rian aku udah…” katanya pelan.
Aku cuma terseyum. Wah emang perawan ting-ting…
“Sedikit lagi ya Lia…” pintaku halus.
Dia cuma mengangguk pelan. Aku mulai mengoyang pinggulku lagi. Kali ini Lia benar-benar diam tak bergerak, wah habis puas gak mau bantu aku nih Tapi karena vaginanya licin sekali, tak lama kemudian aku sudah tidak tahan. Aku cabut penisku dan memyemprotkan spermaku diatas perutnya.
“He..he..he.. lucu..” tawanya sambil mengusap-usap spermaku diperutnya.
“Wah…. ” kataku.
“Ya udah kita bersihin dulu yuk” ajakku ke kamar mandi.
Setelah membersihkan badan dari kamar mandi, aku tidur terlentang di tempat tidur masih bugil. Lia yang masih bugil mengikutiku dan tidur diatas dadaku. Kemudian aku menarik selimut untuk kami berdua.
“Rian….” panggil Lia yang masih tidur didadaku pelan.
“Ya sayang…?” jawabku.
“Rian, kamu dah ngambil semuanya dari aku. Janji ya kamu mau nikahin aku” katanya manja.
Aku terseyum padanya dan berkata “Tentu aja sayang…”
kemudian aku mengecup keningnya. Kemudian kami berpelukan sampai tertidur.
Read More...

Anak 10 Tahun Menyetubuhiku

Cerita Panas ini sebenarnya adalah aib yang tak seharusnya aku ceritakan di cerita sex terbaru ini. Tapi kegilaan cerita seks terbaru yang aku lakukan bersama keponakanku tommy jadi boomerang bagiku. Anakku harus kehilangan darah perawannya oleh si tommy anak 10 tahun yang memasukkan kontolnya ke liang memekku. Tommy, sepupuku, baru duduk di kelas empat SD. Baru saja ia tiba di rumah. Tommy nongkrong di lantai teras depan rumah. Rumahnya kosong. Ayah dan ibunya pergi bekerja, sedangkan ia anak tunggal. Tommy asyik membaca sebuah novel yang seharusnya hanya boleh dibaca oleh orang dewasa.
“Halo, Tommy. Lagi asyik baca nih. Mama udah pulang belum?”, Datang seorang wanita cantik berusia sekitar tiga puluh tahunan.
“Eh, Tante Tika. Mama belum pulang tuh!” jawab Tommy sambil menyembunyikan novel yang dibacanya ke belakang tubuhnya. Tante Tika, adik ayah Tommy, baru saja bercerai dengan suaminya.
“Eh, Tommy baca apa sih? Kok pake di umpet-umpetin segala? Tante boleh lihat nggak?” Setelah dibujuk-bujuk, Tommu mau menyerahkan novel itu kepada Tante Tika.
“Astaga, Tommy. Masih kecil bacaannya ginian!”, seru Tante Tika setelah melihat sampul buku yang bergambarkan seorang gadis muda dengan busana yang sangat minim dan pose yang menggiurkan. Tante Tika lalu membolak-balik halaman novel itu. Saat membaca bagian di mana terdapat adegan yang merangsang dalam buku itu, sekilas terjadi perubahan pada wajahnya.
“Tom, daripada kamu sendirian di sini, lebih baik ke rumah Tante yuk!”, ajak Tante Tika.
“Tapi, Tante, Tonny disuruh Mama jaga rumah”.
“Alaa, tinggal kunci pintu saja sudah”, kata Tante Tika sambil mengunci pintu rumah lalu ia menarik tangan Tommu ke mobilnya.
Mobil Tante Tika sudah meluncur di jalan raya menuju rumahnya. Sebentar-sebentar ia menoleh ke arah Tommy yang duduk di sampingnya.
“Masih kecil sudah ganteng begini”, gumam Tante Tika dalam hati. Ia menggerakkan tangannya meremas-remas kemaluan bocah yang masih hijau itu.
“Aduh, Tante. Geli ah”, kata Tommy. Tante Tika tersenyum penuh arti. Ia menarik tangannya ketika mobil sudah tiba di depan rumahnya yang megah bak istana di seberang danau Sunter.
Tante Tika usianya sudah mencapai tiga puluh dua tahun, tapi penampilannya masih seperti gadis berusia dua puluh tahunan berkat giatnya ia mengikuti senam aerobik di sebuah klub kebugaran beken di Jakarta. Wajahnya yang cantik ditambah dengan tubuhnya yang bahenol serta seksi. Payudaranya yang besar memang amat menawan, apalagi dia sekarang seorang janda. Sudah banyak lelaki yang mencoba merebut hatinya, tapi semua itu ditolaknya mentah-mentah. Menurutnya mereka hanya menginginkan hartanya saja. Tante Tika memang kaya raya, mobil mewahnya ada beberapa buah dari model yang mutakhir lagi. Rumahnya mentereng, di kawasan perumahan elite lagi. Itu semua berkat kerja kerasnya sebagai direktris sebuah perusahaan asuransi papan atas.
Oh ya, Tante Tika mempunyai seorang anak gadis bernama Andriana, putri satu-satunya, tapi biasa dipanggil Andri saja. Gadis manis ini duduk di kelas dua sebuah SMP swasta top di daerah Kelapa Gading. Pada usianya yang baru menginjak empat belas tahun ini, tubuh Andri sedang mekar-mekarnya. Payudara remajanya sudah ranum sekali, berukuran lebih besar daripada gadis-gadis sebayanya, laksana payudara gadis berusia tujuh belas tahun. Mungkin kemontokannya ini warisan dari ibunya. Tapi Andri memang anak yang agak kurang pergaulan alias kuper karena kebebasannya dibatasi dengan ketat oleh ibunya, yang kuatir ada pihak-pihak yang memanfaatkan kemolekan tubuh anaknya tersebut. Sama sekali Andri belum pernah merasakan apa artinya itu cinta. Padahal banyak sudah cowok yang naksir dia. Namun Andri belum sadar akan cinta.
“Tom, badan Tante pegal nih. Tolong pijatin ya”, kata Tante Tika sambil mengajak Tommy ke kamar tidurnya. Tante Tika membuka busananya. Lalu ia membaringkan tubuhnya yang telanjang bulat tengkurap di ranjang. Tommy masih lugu sekali. Ia belum tahu apa-apa tentang keindahan tubuh wanita.

“Tante kok buka baju? Kepanasan ya?”, tanya Tommy dengan polosnya. Tante Tika mengangguk. Lalu Tommy memijati tubuh Tante Tika. Mula-mula punggungnya. Lalu turun ke bawah. Tante Tika mendesah sewaktu tangan mungil Tommy memijati gumpalan pantatnya yang montok.
“Tante, kenapa? Sakit ya?”, tanya Tommy lugu. Mula Tante Tika memerah. Dia duduk di atas ranjang. Tangannya menarik tangan Tommy ke payudaranya.
“Tante, ini apaan? Kok empuk amat sih?”, tanya Tommy ketika tangannya menjamah payudara tantenya. Tante Tika mulai bangkit nafsu birahinya.
“Ini namanya payudara, Tom”.
“Kok Tante punya sih? Tommy nggak ada?”.
“Tommy, Tommy. Kamu bukan cewek. Semua cewek kalau udah gede pasti akan punya payudara. Payudara adalah lambang keindahan tubuh wanita”, Tante Tika menjelaskan dengan bahasa yang terlalu tinggi bagi anak seusia Tommy.
“Lalu pentilan ini apa namanya?”, tanya Tommy sambil memijit puting susu tantenya. Tante Tika sedikit menggelinjang terangsang.
“Ah.., Ini namanya puting susu. Semua wanita juga mempunyai puting susu. Mamamu juga punya. Dulu waktu kamu masih bayi, kamu minum susu dari sini”.
“Masa sih Tante. Biasanya kan susu dari sapi?”
“Mau nyobain nih kalo kamu nggak percaya. Sini deh kamu isap puting susu Tante!”.
Tommy kecil mendekatkan mulutnya pada payudara Tante Tika lalu diisapnya puting susunya.
“Ih, Tante bohong. Kok nggak keluar apa-apa?”, kata Tommy sambil terus menyedoti puting susu Tante Tika yang tinggi menegang itu. Tapi tantenya nampaknya tidak mempedulikan perkataan keponakannya itu.
“Teruskan.., Tom.., Sedot terus.., Ouuhh..”, kata Tante Tika bernafsu. Karena merasa mendapat mainan baru, Tommypun menurut. Dengan ganasnya ia menyedot-nyedot puting susunya. Tante Tika menggerinjal-gerinjal. Tak sengaja tangannya menyenggol gelas yang ada di meja di dekatnya, sehingga isinya tumpah membasahi bahu dan celana pendek Tommy.
“Ya, Tante. Pakaian Tommy basah deh!”, kata Tommy sambil melepaskan isapannya pada puting susu Tante Tika.
“Ya, Tommy. Kamu buka baju dulu deh. Nanti Tante ambilkan baju ganti. Siapa tahu ada yang pas buat kamu”, kata Tante Tika sambil beranjak ke luar kamar tidur. Sempat dilihatnya tubuh telanjang Tommy. Dikenalkannya pakaiannya lagi. Tante Tika pergi ke kamar anaknya, Andri, yang baru saja pulang dari sekolah.
“Dri”.
“Apa, Ma?”, tanya Andri yang masih memakai baju seragam. Blus putih dan rok berwarna biru.
“Kamu punya baju yang sudah nggak kamu pakai lagi nggak?”.
“Ngg.., Ada Ma. Tunggu sebentar”, Andri mengeluarkan daster yang sudah kekecilan buat tubuhnya dari dalam lemari pakaiannya.
“Buat apa sih, Ma?”, kata Andri seraya menyerahkan dasternya kepada ibunya.
“Itu, buat si Tommy. Tadi pakaiannya basah ketumpahan air minum”.
“Tommy datang ke sini, Ma? Sekarang dia di mana?”.
“Sudah! Kamu belajar dulu. Nanti Tommy akan Mama suruh ke sini!”.
“Ya.., Mama!” Gerutu Andri kesal. Ibunya tak mengindahkannya. Andri senang pada Tommy karena ia sering saling menukar permainan komputer dengannya. Tapi Andri keras kepala. Setelah jarak ibunya cukup jauh, diam-diam ia membuntuti dari belakang tanpa ketahuan. Sampai di depan kamar ibunya, Andri mengintip ke dalam melalui pintu yang sedikit terbuka. Dilihatnya ibunya sedang berbicara dengan Tommy.
“Tommy, coba kamu pake baju ini dulu. Bajunya Andri, sambil nunggu pakaian kamu kering”, kata Tante Tika sambil memberikan daster milik Andri kepada Tommy.
“Ya, Tante. Tommy nggak mau pake baju ini. Ini kan baju perempuan! Nanti Tommy jadi punya payudara kayak perempuan. Tommy nggak mau!”.
“Nggak mau ya sudah!”, kata Tante Tika sambil tersenyum penuh arti. Kebetulan, batinnya. Kemudian ia menanggalkan busananya kembali.
“Kalo yang ini apa namanya, Tom?”, tanya Tante Tika sambil menunjuk batang kemaluan Tommy yang masih kecil.
“Kata Papa, ini namanya burung”, jawab Tommy polos.
“Tommy tahu nggak, burung Tommy itu gunanya buat apa?”.
“Buat pipis, Tante”.
“Bener, tapi bukan buat itu aja. Kamu bisa menggunakannya untuk yang lain lagi. Tapi itu nanti kalo kamu sudah gede”.
Andri heran melihat ibunya telanjang bulat di depan Tommy. Semakin heran lagi melihat mulut ibunya mengulum batang kemaluannya. Rasanya dulu ibunya pernah melakukan hal yang sama pada kemaluan ayahnya. Semua itu dilihatnya ketika kebetulan ia mengintip dari lubang kunci pintu kamar ibunya. Kenapa ya burung si Tommy itu, pikir Andri.
“Enak kan, Tom, begini?”, tanya Tante Tika sembari menjilati ujung batang kemaluan Tommy.
“Enak, Tante, tapi geli!”, jawab Tommy meringis kegelian.
“Kamu mau yang lebih nikmat nggak?”.
“Mau! Mau, Tante!”.
“Kalau mau, ini di pantat Tante ada gua. Coba kamu masukkan burung kamu ke dalamnya. Terus sodok keras-keras. Pasti nikmat deh”, kata Tante Tika menunjuk selangkangannya.
“Cobain dong, Tante”, Tante Tika menyodokkan pantatnya ke depan Tommy. Tommy dengan takut-takut memasukkan “burung”nya ke dalam liang vagina Tante Tika. Kemudian disodoknya dengan keras. Tante Tika menjerit kecil ketika dinding “gua”nya bergesekkan dengan “burung” Tommy. Andri yang masih mengintip bertambah heran. Ia tidak mengerti apa yang dilakukan ibunya sampai menjerit begitu. Tapi Andri segera berlari kembali ke kamarnya ketika ia melihat ibunya bangkit dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Tommy yang hanya memakai celana dalam ibunya. Sampai di kamarnya, Andri berbaring di ranjang membaca buku fisikanya. Tommy muncul di pintu kamar.
“Mbak Andri. Kata Tante tadi Mbak mau cari Tommy ya?”.
“Iya, kamu bawa game baru nggak?”, tanya Andri. Tommy menggeleng.
“Eh, Tom. Ngomong-ngomong tadi kamu ngapain sama mamaku?”.
“Nah ya, Mbak tadi ngintip ya? Pokoknya tadi nikmat deh, Mbak!”, kata Tommy berapi-api sambil mengacungkan jempolnya.
“Enak gimana?”, Andri bertanya penasaran.
“Mbak mau ngerasain?”.
“Mau, Tom”.
“Kalo begitu, Mbak buka baju juga kayak Tante tadi”, kata Tommy.
“Buka baju?”, tanya Andri, “Malu dong!”.
Akhirnya dengan malu-malu, gadis manis itu mau membuka blus, rok, BH, dan celana dalamnya hingga telanjang bulat. Tommy tidak terangsang melihat tubuh mulus yang membentang di depannya. Payudara ranum yang putih dan masih kencang dengan puting susu kemerahan, paha yang putih dan mulut, pantat yang montok. Masih kecil sih Tommy!
“Bener kata Tante. Mbak Andri juga punya payudara. Tapi punyanya Tante lebih gede dari punya Mbak. Pentilnya Mbak juga nggak tinggi kayak Tante”, Tommy menyamakan payudara dan puting susu Andri dengan milik ibunya.
“Pentil Mbak keluar susu, nggak?”.
“Nggak tahu tuh, Tom. Nggak pernah ngerasain sih!”, kata Andri lugu.
“Pentilnya Tante nggak bisa ngeluarin apa-apa, payah!”.
“Masak sih bisa keluar susu dari pentilku?”, kata Andri tidak percaya sambil memandangi puting susunya yang sudah meninggi meskipun belum setinggi milik ibunya.
“Mbak nggak percaya? Mau dibuktiin?”.
“Boleh!”, kata Andri sambil menyodorkan payudaranya yang ranum.
Mulut Tommy langsung menyambarnya. Diisap-isapnya puting susu Andri, membuat gadis itu menggerinjal-gerinjal kegelian.
“Ya, kok nggak ada susunya sih, Mbak?”.
“Coba kamu isap lebih keras lagi!”, kata Andri. Tommy segera menyedoti puting susu Andri. Tapi lagi-lagi ia kecewa karena puting susu itu tidak mengeluarkan air susu. Tapi Tommy belum puas. Diisapnya puting susu Andri semakin keras, membuat gadis manis itu membelalak menahan geli.
“Nggak keluar juga ya, Tom”, tanya Andri penasaran.
“Kali kayak sapi. Harus diperas dulu baru bisa keluar susunya”, kata Tommy.
“Mungkin juga. Ayo deh coba!”, kata Andri seraya meremas-remas payudaranya sendiri seperti orang sedang memerah susu sapi. Sementara itu Tommy masih terus mengisapi puting susunya. Akhirnya mereka berdua putus asa.
“Kok nggak bisa keluar sih. Coba yang lain aja yuk!”, kata Tommy membuka celana dalamnya.
“Apaan tuh yang nonjol-nonjol, Tom?”, tanya Andri ingin tahu.
“Kata Papa, itu namanya burung. Cuma laki-laki yang punya. Tapi kata Tante namanya kemaluan. Tau yang bener yang mana!”.
“Aku nggak punya kok, Tom?”, kata Andri sambil memperhatikan daerah di bawah pusarnya. Tidak ada tonjolan apa-apa”.
“Mbak kan perempuan, jadi nggak punya. Kata Tante, anak perempuan punya.., apa tuh namanya.., va.., vagina. Katanya di pantat tempatnya.
“Di pantat? Yang mana? Yang ini? Ini kan tempat ‘eek, Tom?!”, kata Andri sambil menunjuk duburnya.
“Bukan, lubang di sebelahnya”, kata Tommy yakin.
“Yang ini?”, tanya Andri sembari membuka bibir liang vaginanya.
“Kali!”.
“Jadi ini namanya vagina. Namanya kayak nama mamanya Hanny ya?”, kata Andri. Ia menyamakan kata vagina dengan Tante Gina, ibuku.
“Tadi mamaku ngisep-ngisep burung kamu. Emangnya kenapa sih?”, lanjut Andri.
“Tommy juga nggak tahu, Mbak”.
“Enak kali ya?”.
“Kali, tapi Tommy sih keenakan tadi”.
Tanpa rasa risih, Andri memasukkan batang kemaluan Tommy ke dalam mulutnya, lalu diisap-isapnya.
“Ah, nggak enak kok Tom. Bau!”, kata Andri sambil meludah.
“Tapi kok kudengar mamaku menjerit-jerit. Ada apaan?”, tanya Andri kemudian.
“Gara-gara Tommy masukin burung Tommy ke dalam guanya. Nggak tahu tuh, kok tahu-tahu Tante menjerit”.
“Gua yang mana?”, Andri penasaran.
“Yang tadi tuh, Mbak. Yang namanya vagina”.
“Apa nggak sakit tuh, Tom?”.
“Sakit sih sedikit. Tapi nikmat kok. Mbak!”.
“Bener nih?”.
“Bener, Mbak Andri. Tommy berani sumpah deh!”.
“Coba deh”, Andri akhirnya percaya juga.
Tommy memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang vagina Andri yang masih sempit. Andri menyeringai.
“Sakit dikit, Tom”.
Tommy menyodok-nyodokkan “burung”nya berulang kali dengan keras ke “gua” Andri. Andri mulai menjerit-jerit kesakitan. Tapi Tommy tidak peduli karena merasa nikmat. Andri tambah menjerit dengan keras. Mendengar lengkingan Andri, Tante Tika berlari tergopoh-gopoh ke kamar putrinya itu.
“Dri, Andri. Kenapa kami?”, tanya Tante Tika. Ia terkejut melihat Andri yang meronta-ronta kesakitan disetubuhi oleh Tommy kecil.
“Ya ampun, Tommy! Berhenti! Gila kamu!” teriaknya naik darah. Apalagi setelah ia melihat darah yang mengalir dari selangkangan Andri melalui pahanya yang mulus.
Astaga! Andri telah ternoda oleh anak kecil berusia sepuluh tahun, sepupunya lagi?! Putrinya yang baru berumur empat belas tahun itu sudah tidak perawan lagi?!
“Nanti aja, Tante! Enak!”.
“Anak jahanam!”, teriak Tante Tika marah. Ia menempeleng Tommy, sehingga bocah itu hampir mental. Sementara itu, Andri langsung ambruk tak sadarkan diri.
Sejak kejadian itu hubungan keluarga Tommy dengan Tante Tika menjadi tegang.
Read More...

Guru Biologi Sekaligus Guru Seks

Cerita Dewasa Main sepak bola adalah hoby yang menarik setelah pulang sekolah,setelah meletakkan tas melepas baju beserta makan siang yang tak aku lupa.Bikin fun menggiring bola dengan banyak teman dia area lapangan dekat taman rumahku,mesti harus disengat matahari bagiku tidak menyurutku berhenti untuk menikmati jalannya pertandingan.Grupku juga sering kali menang,karena aku terkenal piawai menciptakan goal dilapangan’sampai-sampai temen ku sang kiper menjuluki,tukang masuk kin bola gawang”berarti dikira aku juga suka masukin penisku dalam gawang memek cewek,gila bener pikiran temenku. Cerita Dewasa Guru Biologi Sekaligus Guru Seks
Tapi apa boleh kata aku sudah terlanjur,kejadian yang sangat tidak aku terbersit dan terlintas “bahwa aku pernah memasukkan Penis ku ke gawang bu guru bilogiku’,seandainya aku di DO mungkin aku sudah pasrah tapi ini demua tidak akan terjadi,sebab aku melakukannya suka sama suka. Cerita panas dewasa yang selengkapnya begini,aku akan menceritakan pengalaman cerita panas dan cerita dewasa berharga dalam hidupku ini.pada pagi itu cuaca cerah membuka langkahku menuju sekolah smp ku yg terletak di daerah ramai ibukota.namaku iwan,remaja smp berumur 14 tahun.sekilas tentang diriku,aku anak semata wayang,ekonomi keluargaku biasa saja,ayahku orang bisnis sementara ibuku seorang pegawai di salah satu perusahaan di ibu kota.oleh sebab orangtuaku sibuk,aku tumbuh menjadi anak yg merindukan kasih sayang orangtua.untunglah masih ada pembantu yg menemaniku di rumah dan guruku yg menyayangiku di sekolah ku,bu ersha namanya.kusingkat ceritaku,tepat pukul 11.00 wib pelajaran berganti ke pelajaran biologi.inilah yg kutunggu pada hari sabtu ini,pelajaran guru idamanku bu ersa.tak lama berselang bel berbunyi,bu ersa datang ke hadapan siswa 9B ini.wajahnya tersenyum,cantik sekali dan diimbangi oleh gunung kembar tak berhutan yg mengembung tepat kedepan.mungkin payudaranyalah yg paling menonjol di tubuh seorang guru biologi nan seksi.”oke anak anak sekarang ibu akan mengadakan ulangan bab berkembang biak mahluk hidup”,anak anak serontak terdiam lemas.boleh dibilang aku memang tidak pintar dalam mata pelajaran ini,tapi aku selalu lolos ujian berkat teman temanku yg membantuku.kembali kusingkat,selesai lah ulangan ini sementara ibu sedang memeriksa hasil ulangan kami.aku sendiri menggerutu pada teman temanku karena mereka pelit tidak memberi aku jawaban ulangan ini.”iwan,nanti pulang sekolah ibu akan beri kamu les tambahan supaya kamu mendapat hasil yg lebih baik”jawabnya sambil membagikan kertas ulanganku yg mendapat nilai 40.”baik bu”jawabku sebelum bel pulang berbunyi.teman temanku menertawaiku karena hanya aku saja yg kena les tambahan lalu mereka pulang.”

iwan sebelum les dimulai,ibu ingin kamu bertanya tentang apa yg kamu tidak tau di bab ini” “ini bu,cara berkembang biak manusia” “memang nya mana yg susah”jawabnya sambil membungkuk melihat bukuku.saat itulah aku melihat isi dari bajunya.payudaranya mengayun ayun.darahku berdesir melihat jelas 30cm dari hidungku.namun aku tidak melihat bra nya.”hey iwan ngeliat apa kamu”jawabnya halus.kami saling bertatap muka.”eh yg ini bu”tangan ku tdk sengaja menunjuk kata yg digaris bawahi “oh,kamu ga tau artinya sperma ya”.aku terkaget melihat kata yg tdk sengaja ku tunjuk.”iwan iwan,masa kamu udah besar ga tau sperma sih,ituloh cairan yg apabila nempel di rahim wanita bisa bikin dia punya anak”.sebenernya sich aku tau artinya dari dulu karna aku tiap hari liat film bokep.”bu,sperma itu dari mana sih”tanyaku.ibu terdiam melihat keluar mungkin untuk memastikan tdk ada orang di sekitar kelas ini.”ni ibu kasih conto tapi sekarang buka celana mu”.kubuka celanaku dan celana dalamku sehingga terpampang penisku 14cm yg ditumbuhi bulu halus menegang.terlihat nafas ibu terengah engah dan mukanya memerah.dia berjongkok di depan penisku.”emh,ibu sekarang mau kasih conto ke iwan tentang sperma”.tiba tiba dia mengulum penisku.”ah,ibu mau apa”tanyaku.dia tidak menjawab.ibu ersa menggigit kecil penisku sambil memaju mundurkan mulutnya yg tebal.aku mendesah kenikmatan.tak lama kemudian aku orgasme.”em enak banget kontol kamu wan,,,nih ini namanya sperma”sambil menjilat air maniku yg meleleh.”nah,kalo sperma kamu masuk memek misalnya ibu,nih kaya gini”sambil membuka celananya yg tanpa cd dan duduk dikontolku.lalu dia memaju mundurkan penisku yg masih lemah namun perlahan mengeras.dia menggoyangkan dgn kasar sehingga menimbulkan suara khas.”uh,ibu pengen banget tiap hari kaya gini tapi ibu ga bisa” “ah ah ah,emh memangnya kenapa bu” “suami ibu sibuk”.tak terasa tiba tiba aku orgasme “bu,aku pengen kencing” “didalem aja yah honey” crot crot crot dan lemahlah tubuhku.”makasih yah wan,kamu bisa ga besok gini lagi,plisss bisa ya honey” “baik bu iwan juga seneng ada yg memperhatikan iwan daripada ortu iwan yg sibuk” “makasih yah”.waktu itu ibu ersa hanya memakai baju atas saja,sehingga aku penasaran ingin membukanya dan benar saja dia tidak pake bra dan cd setiap ke sekolah lalu kujilati toketnya sambil kontol ku masih menancap di lubah surganya.kulihat kebawah kursi yg basah oleh air surga ku dan bu ersa.kami melakukan itu sampai sore dan pulang kerumahnya untuk melakukan lagi.
Read More...

Catalog